MEMBUMIKAN JIHAD

Dakwah, pada akhirnya merindukan tegaknya kalimat tauhid di bumi Allah. Di manapun harus terpancang keindahan dan kemuliaan syariat allah. Namun, gesekan dan benturan antara setiap seruan adalah sebuah sunnatullah yang tidak bisa dielakkan.
Ikhwani.... sekarang, dakwah perlu dibangun orientasi yang jelas. Dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perjuangan yang lebih nyata dan efektif dalam berkontribusi dalam perjuangn takwinul ummah.
Dakwah kampus tidak boleh hanya diarahkan pada profesionalisme kerja belaka. Tapi jauh lebih dari itu. Dakwah kampus harus membawa spirit dalam membebaskan setiap jengkal bumi dari kedzaliman aqidah, kerusakan akhlak dan persoalan sosial yang lain. Dakwah kampus harus menjadi basis dalam mensuplai para pejuang-pejuang tauhid. Karena itu dakwah kampus bukan berbicara kehebatan dalam event akbar, pematerinya atau jumlah peserta yang hadir. Tapi keberhasilan dakwah kampus adalah ketika idealisme JIHAD telah mengalir dalam tubuh setiap kader.
Dakwah kampus harus menjadi basis dalam membangun Angkatan Pejuang (mujahidin) yang siap berkorban, untuk generasi dakwah yang lebih kuat . Karena tak bisa dielakkan. Setelah kaum muslim berada di titik nadir kelemahannya. Setelah menyebarnya kesyirikan dan bid’ah, merajalelanya kebodohan, dan diakhiri dengan  runtuhnya khilafah. Zaman yang disebutkan  oleh Rasulullah :
“Aku khawatir atas kalian enam perkara: imarah sufaha (orang-orang yang bodoh menjadi pemimpin), menumpahkan darah, jual beli hukum, memutuskan silaturahmi, anak-anak muda yang menjadikan Al Qur’an sebagai seruling-seruling, dan banyaknya polisi (yang menguatkan kezaliman)”
( HR Ath Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabiir 18/57 no 105, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam shahih Jami’ Ash Shagier no 216 )
Umat islam pun menjadi bulan-bulanan ideologi kufur yang juga berusaha untuk mengeksiskan dirinya.
Di wajah dunia kontemporer, Islam yang hanif membutuhkan kerja yang jauh lebih hebat. Jauh lebih kuat, dan jauh lebih massif. Harus ada gerakan penyadaran akan pentingnya perjuangan dan pengorbanan. Harus ada upaya amar makruf dan nahi munkar yang lebih terarah dan tersistem dengan baik.
Meski kita tahu, jalan itu tidaklah mudah. Kita berada pada posisi yang sangat lemah, sementara musuh-musuh islam berada pada superioritasnya. Mapan secara politik, fasilitas dan kekuatan. Meski demikian, sejarah tetap membuktikan, bahwa umat islam tidak pernah menang karena faktor utamanya adalah fasilitas yang mapan. Justru kemengan itu adalah dari kekuatan iman dan aqidah. Lurusnya fikrah dan manhaj. Serta kesadaran yang menyeluruh bagi kaum muslimin untuk turut serta berkontribusi dalam perang yang sementara bergejolak.
Karena itu Ikhwani... teruslah berjuang lewat jalan ini. Jangan pernah mundur. Jangan pernah menyerah. Jangan pernah merasa terhinakan, dan muncul kekhawatiran akan dunia di hati kalian. Sebaliknya, hinakanlah dunia. Hinakanlah segala macam bentuk kemewahan yang akan melenakanmu memegang teguh jalan perjuangan. Singkirkan segala macam bentuk rintangan, bersihkan niat dan hatimu untuk melanjutkan perjuangan yang meletihkan ini. Jangan pernah melirik. Jangan pernah silau oleh kebanggan manusia yang bertebaran disekelilingmu. Buang jauh-jauh niat hina itu. Karena sesungguhnya, hidup kita terlalu singkat untuk mengejar dunia yang melelahkan ini. Manfaatkan sekarang semua potensimu untuk berperan. Maju di barisan terdepan dalam bahu membahu memandu kebangkitan umat.
Dan jangan pernah berhenti belajar. Teruslah menuntut ilmu. Teruslah memperbaharui imanmu dengan dzikir dan takbir. Teruslah perkuat tekadmu dengan hafalanmu yang semakin engkau mutqinkan. Karena suatu saat, idealisme ini akan memanggilmu bergabung dalam kafilah yang sebenarnya. Pasukan yang telah rela mengorbankan jiwanya. Mengorbankan hidupnya, serta membersihkan permukaan bumi ini dengan basuhan darah suci yang berbau kesturi dari luka-luka di tubuh mereka. Itulah kehidupan yang sebenarnya, yaa ikhwani...
Apa yang atum dapatkan hari ini, sejatinya adalah sesuatu yang menua dan membusuk, sementara mimpi yang terbaik, berjumpa dan meminang bidaadari, serta menatap wajah allah, jangan sampai engkau lupakan. Karena sesungguhnya itulah puncak pendakian perjuangan kita. Kita akan berhenti di sana, saudaraku.
Saat kita telah berada di syruga. Dan jalannya tidak ada yang lain kecuali dengan mengangkat senjata dan beperang hingga tetas darah penghabisan, di ujung usia dunia. 

Oleh : Syamsuar Hamka, S.Pd (Ketua SCMM BEM FMIPA UNM 2009-2010)

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Sekedar “Pulang Kampung” (Buletin Asy-Syabab Edisi 11)

Pemenang Quiz Buletin Asy-Syabab pada Edisi 11