Tidak Sekedar “Pulang Kampung” (Buletin Asy-Syabab Edisi 11)
Oleh: Rustam Hafid
(Mahasiswa Jurusan Fisika Ak. 2012)
Pedati sang waktu terus bergulir dan sampailah pada penghujungnya. Tak
terasa musim libur semester kembali menyapa, yang oleh para mahasiswa rantau,
momen ini adalah momen yang bisa mengembalikan kerinduan yang terpendam terhadap
kampung halaman. Walaupun hanya beberapa pekan, namun tradisi mudik ini tak
dibiarkan dilewatkan begitu saja oleh para perantau tersebut, mulai dengan
menjadikannya ajang refreshing setelah lelah bermain dengan laporan praktikum,
dan lain sebagainya.
Sebagai seorang muslim, tentunya momen ini tetap harus bernilai ibadah,
karena sesungguhnya sesuatu apapun yang menyinggung masalah waktu, maka banyak
tuntunan syariat yang harus diperhatikan. Sebagaimana difirmankan oleh Allah
subhana wa ta’ala:
“Demi massa. Sesungguhnya
manusia itu benar – banar berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
(TQS. Al-Ashr: 1-3)
Dan masih banyak ayat-ayat dalam al-qur’an yang berbicara mengenai
pentingnya waktu seperti pada surah Ad-Duha, dan surah-surah lainnya.
Mengapa tradisi pulang kampung ini harus bernilai ibadah? Karena
sesungguhnya segala perbuatan manusia tak pernah luput dari pantauan sang Maha
Pencipta, Allah subhana wa ta’ala, yang pada waktunya akan dipertanggung
jawabkan oleh manusia,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Kedua
telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya
tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan,
tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang
tubuhnya untuk apa dia gunakan." Dia berkata: Hadits ini hasan shahih,
adapun Sa'id bin Abdullah bin Juraij dia adalah orang Bashrah dan dia adalah
budak Abu Barzah, sedangkan Abu Barzah namanya adalah Nadlah bin 'Ubaid (HR.
Tirmidzi, No. 2341).
Bagaimana agar pulang kampung kita bernilai ibadah? Mari simak beberapa
uraian berikut.
Berkenalan dengan
sunnah-sunnah safar (perjalanan pulang kampung)
(1) Shalat
istikharah sebelum shafar. Apabila
seseorang bertekad untuk melakukan safar, disunnahkan untuk istikharah (meminta
pilihan) kepada Allah subhana wa ta’ala. Dia
melakukan shalat dua rakaat selain shalat fardhu.
(2) Menyiapkan bekal. Ibnu Qudamah
Al-Maqdisi Rahimahullah berkata: “Seorang
musafir tidaklah pantas berkata: ‘Aku akan safar tanpa bekal. Cukup dengan
bertawakkal.’ Ini adalah ucapan bodoh, karena membawa bekal dalam safar
tidaklah mengurangi maupun bertentangan dengan tawakkal.” (Mukhtashar
Minhajil Qashidin, hal. 121).
(3) Membawa teman
dalam safar. Dianjurkan
bagi musafir untuk membawa teman yang bisa membantu tatkala dibutuhkan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Seandainya manusia mengetahui apa-apa yang
ada pada safar sendirian sebagaimana yang aku ketahui, maka seorang musafir
tidak akan melakukan safar pada malam hari sendirian.” (HR. Al-Bukhari no.
2998 dari Ibnu Umar).
(4) Memilih Ketua Rombongan. Disunnahkan memilih ketua rombongan
yang paling berilmu dan berpengalaman sebagai penanggung jawab urusan-urusan
mereka yang berkaitan dengan safar. Seluruh rombongan wajib menaatinya dalam
perkara yang membawa kepada kemaslahatan safar. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Apabila tiga orang akan berangkat safar
hendaklah mereka memilih salah seorang sebagai amir (ketua rombongan).”
(HR. Abu Dawud no. 2608).
(5) Memperbanyak Doa Ketika Safar. Disunnahkan pula bagi musafir
untuk berdoa pada sebagian besar waktunya tatkala safar karena doanya mustajab,
selama tidak ada hal-hal yang menghalangi terkabulnya doa, seperti memakan dan
meminum makanan/ minuman yang haram. Anas Radhiyallahu
anhu berkata: Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Tiga
doa yang tidak akan ditolak: doa orangtua untuk anaknya, doa orang yang sedang
berpuasa, dan doa orang yang sedang safar.” (HR. Al-Baihaqi, 3/345. Lihat
Ash-Shahihah no. 596).
(6) Disunnahkan Berangkat pada Hari Kamis.
(7) Bertakbir
Tatkala Mendaki (Naik) dan Bertasbih Ketika Menurun.
Dan
sunnah-sunnah lainnya yang bisa anda peroleh pada berbagai literasi yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam.
Birru walidain
Bagi para mahasiswa rantau, tentunya kerinduan akan ramainya ruang keluarga
merupakan hal yang senantiasa menerpa. Kerinduan ini bukannya tanpa sebab, ada
sosok manusia yang senantiasa berjuang sehingga bangku kuliah dapat kita kenal.
Merekalah kedua orang tua (walidayn).
Ajang pulang kampung merupakan waktu yang mesti dimanfaatkan untuk
memaksimalkan bakti kita dengan meringankan pekerjaan mereka, maupun meminta
maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Memang, ketika kuliah pun ,
kita sudah bisa melaksanakan birru walidain ini dengan cara senantiasa
mendoakan mereka dan belajar dengan seungguh-sungguh. Namun tidak ada yang
salah jika event pulang kampung digunakan dengan memaksimalkan lagi kedekatan
kita.
Kedua orang tua adalah
manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
memerintahkan dalam berbagai tempat di dalam Al-Qur'an agar berbakti kepada kedua
orang tua. Allah menyebutkannya berbarengan dengan pentauhidan-Nya
Azza wa Jalla dan memerintahkan para hamba-Nya untuk melaksanakannya
sebagaimana akan disebutkan kemudian.
Berkata Ibnu Hazm Rahimahullahu: "Birul Walidain adalah fardhu (wajib
bagi masing-masing individu).
Dalil-dalil Shahih dan
Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali,
salah satunya adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
"Sembahlah Allah
dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua
orang tua Ibu Bapak". (TQS. An Nisa’ : 36).
Dalam ayat ini (berbuat
baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya,
karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak
mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat
dalam ayat tersebut) dari
perintah ini. (Al
Adaabusy Syar’iyyah 1/434).
Berbakti kepada kedua orang tua kita memiliki banyak keutamaan, yakni:
Pertama,
termasuk Amalan Yang Paling Mulia,
sebagaimana dalam hadits, Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu dia berkata : Saya bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada
waktunya", Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi :
Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
"Berjihad di jalan Allah".
(Diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).
Kedua, merupakan
Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa. Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka itulah
orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan
kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga.
Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16)
Ketiga : Termasuk Sebab
Masuknya Seseorang Ke Surga. Dari Abu Hurairah,
mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah dia, celakalah dia",
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Orang yang menjumpai salah satu
atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk
surga". (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam Shahihnya
No. 1758, ringkasan).
Hak kedua orang tua
merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Di sini akan dicantumkan
beberapa adab yang berkaitan dengan masalah ini. Antara lain hak yang
wajib dilakukan semasa kedua orang tua hidup dan setelah meninggal.
Di antara hak orang tua
ketika masih hidup adalah:
1. Mentaati Mereka Selama
Tidak Mendurhakai Allah.
2. Berbakti dan
Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
3. Merendahkan Diri Di
Hadapan Keduanya
4. Berbicara Dengan
Lembut Di Hadapan Mereka
5. Menyediakan Makanan
Untuk Mereka
8. Membuat Keduanya
Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang
yang Dicintai Mereka
11. Mendahulukan
Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah
HAK-HAK ORANG TUA
SETELAH MEREKA MENINGGAL DUNIA
1. Menshalati Keduanya
2. Beristighfar Untuk
Mereka Berdua
3. Menunaikan Janji
Kedua Orang TUa
4. Memuliakan Teman
Kedua Orang Tua
5. Menyambung Tali
Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah.
Comments