Surat Terbuka Untuk Presiden Obama

Kepada Yth
Presiden AS Barrack Husein Obama
Di Tempat


Mr. Obama, saya baca di berbagai media, Anda akan berkunjung ke Indonesia, negara muslim terbesar dunia. Meski kedatangan Anda tertunda dan banyak elemen umat Islam di tanah air menolak kedatangan Anda, namun sebagai tuan rumah sudah selayaknya menyambut tamunya dengan baik. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menyambut pembesar Quraisy yang datang kepada beliau. Maka, saya ucapkan selamat datang, semoga kedatangan Anda bisa memberi manfaat buat negeri Islam terbesar ini.


Namun sebelum Anda menginjakkan kaki Anda di Indonesia, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan yang merupakan pertanyaan di benak saya atau katakankah sekumpulan unek-unek yang menggumpal di kepala saya dan sangat ingin rasanya saya tumpahkan langsung di hadapan Anda. Namun, pasti saya tidak termasuk dalam dalam daftar undangan yang disetujui oleh Presiden SBY untuk bertemu dengan Anda, sebab ada ungkapan terkenal yang berbunyi “ is-al” yang kira-kira maknanya tanya dirimu, siapa Anda sehingga layak diperhitungkan. Selain itu, tentulah SBY akan memilih orang-orang yang layak dan pas untuk bertemu dan berdialog dengan orang nomor satu AS. Jadi saya pun memilih menuangkan ungkapan hati yang membuncah lewat surat ini.

Presiden Obama, Anda sejatinya adalah (keturunan) Muslim. Buktinya, nenek Anda berangkat menunaikan ibadah haji tahun lalu. Ini sungguh sesuatu yang surprise buat saya yang bangga sebagai Muslim. Nama Anda Barrack Husain Obama. Tapi saya menduga keras orang tua Anda menamai Anda Barra’ Hussain Usamah. Kenapa Usamah? Karena umumnya bangsa Afrika kesulitan menyebut konsonan S dan lebih mudah menyebut konsonan B, maka huruf S pada kata Usamah pun berubah menjadi huruf B. maka berubahlah jadi Obama.

Sayang, Anda besar di lingkungan Protestan, maka ringkas cerita Anda pun menjadi Protestan yang taat. Sampai-sampai, saat pemilu presiden Anda merasa perlu membuat situs khusus guna menjelaskan pada publik AS bahwa Anda bukan seorang Muslim, maklumlah masyarakat AS masih punya stereotype terhadap Islam dan kaum Muslimin. Ringkas kata, Anda malu disebut sebagai seorang Muslim. Sebab andai Anda seorang Muslim, mungkin ceritanya jadi lain. Alih-alih terpilih menjadi presiden negara terbesar di dunia, dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat saja Anda pasti sudah terpental. Tapi takdir berbicara lain, Anda diuntungkan karena Anda bukan seorang Muslim.


Tuan Obama, ada hal yang sedikit menyejukkan sebelum dan setelah terpilih menjadi presiden AS Anda bertekad untuk tidak melanjutkan kebijakan-kebijakan pendahulu Anda, Mr. Bush, yang sangat represif terhadap negara Islam yang menolak dominasi AS. Dan mestinya memang begitu! Anda tidak mewarisi gaya kepemimpinan sang koboy yang arogan dan selalu merasa benar sendiri. Sangat diharapkan Anda tidak sesumbar dalam mengeluarkan pernyataan yang berkaitan dengan nasib ummat Islam. Namun sayang, kenyataannya Anda masih mempertahankan tentara di Afghanistan, Iraq, dan Somalia serta terus menjadi pembela setia Israel. Mr. Obama, sirna sudah kesejukan itu ketika Anda mulai menginjakkan kaki di gedung putih Anda malah menambah kiriman tentara sebanyak 30 ribu personil di Afghanistan, tentara Anda tetap bergeming di Irak dan entah sampai kapan AS terus membela dengan setia kebijakan-kebijakan Israel yang bengis. Ketika Israel membombardir penduduk Gaza, jangankan meminta maaf Anda bahkan tidak mengeluarkan secuil pernyataan pun tentang tragedi itu, seakan aliran darah penduduk Palestina seperti darah sembelihan yang tidak berharga.

Dalam wawancara Anda dengan televisi al-Arabiya, Anda mengatakan bahwa AS bukan musuh Muslim. Anda juga menyinggung bahwa Anda pernah tinggal di Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar. Tuan Obama, sangat indah retorika bicara Anda. Model ungkapan seperti ini, seperti orang yang membelah bambu (carrot and stick policy). Ujung bambu yang satu diinjak sementara ujung yang lain diangkat tinggi supaya bambu bisa terbelah dengan sempurna. Di satu sisi Anda berkata pada umat Islam bahwa AS bukan musuh kaum muslimin, tapi mata telanjang menyaksikan kebrutalan tentara AS terhadap penduduk sipil di Afghanistan dan Irak.

Di sisi lain Anda mau menarik perhatian dan simpati negara Islam yang lain dengan mengatakan AS bukan musuh ummat Islam. AS memberikan penghargaan terhadap negeri Muslim yang mendukung AS -seperti Indonesia- dengan memujinya, mengangkat posisinya dan membangun citra positif terhadap negara itu. Tapi sebaliknya, AS memberikan hukuman dengan menjatuhkan bom, menyiksa dan membunuh warga sipil negara-negara yang tidak sejalan dengan kepentingan AS, seperti yang dilakukan AS di Irak, Afganistan, Pakistan dan Sudan. Menurut penelitian John Hopkins University, akibat invasi AS ke Irak sejak tahun 2003 lebih dari 1 juta warga sipil Irak tewas. Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua tragedi ini? Amerika Serikat tentu. Dan kini negara yang bernama Amerika Serikat itu dipimpin oleh Anda, Mr.Obama !!!. Memang dulu ketika AS menginvasi Irak dan Afghanistan, AS dipimpin oleh Presiden Bush. Tapi Anda tidak mengubah apapun dari kebijakan biadabnya. Memang pernah ada rencana untuk menarik pasukan dari Irak tapi hingga sekarang belum diwujudkan. Ia bahkan sudah memutuskan menambahnya ke Afghanistan. Itu artinya tingkat kerusakan dan penderitaan rakyat di sana, termasuk yang kemungkinan bakal tewas, akan meningkat.

Terkait dengan ini, AS rupa-rupanya memanfaatkan Indonesia untuk menutupi ‘wajah kejam’ AS yang melakukan penjajahan di negeri-negeri Islam. AS pun menggunakan hubungan baiknya dengan Indonesia untuk membangun citra baik AS di Dunia Islam.

Saat Anda terpilih menjadi Presiden AS, Anda berjanji ingin memperbaiki hubungan dengan dunia Islam serta mengakhiri isu terorisme. Tapi ketahuilah Mr. Obama, arogansi AS selama ini justru akan mempersubur aksi-aksi terorisme. Seperti Anda ketahui, semua yang tertangkap dengan tuduhan terlibat jaringan teroris mengakui aksinya sebagai bentuk pembelaan terhadap saudara-saudara mereka yang ada di Irak, Afghanistan dan Palestina serta belahan bumi lain yang terjajah. Lihatlah mereka itu melakukan aksi-aksinya dengan mensasar kepentingan negara-negara Barat dan AS, dengan harapan AS mau menghentikan kebrutalannya di negeri-negeri Islam. Aksi itu hanya menciptakan instabilitas yang luar biasa. Dan semua itu wahai Mr. Obama adalah buah dari kesewenang-wenangan AS dan sekutu-sekutunya terhadap negara-negara Muslim. Jadi boleh dikata, aksi-aksi ‘teror’ dalam berbagai variasinya terhadap berbagai kepentingan Barat adalah ‘buah manis’ atas kepongahan dan kebrutalan AS beserta sekutunya terhadap kaum Muslimin. Indonesia sebetulnya aman buat Anda. Jika saja tidak khawatir dengan aksi terorisme pasti Anda akan membawa istri dan anak-anak Anda.

Mr. Obama, beberapa waktu lalu Anda juga mendapatkan Nobel perdamaian. Saya bertanya-tanya Apa yang membuat Anda layak mendapatkan hadiah bergengsi itu? Tidak ada perdamaian di Irak. Tidak di Afghanistan. Tidak pula di Somalia. Tidak ada perdamaian di negara manapun. Bahkan Anda tidak berhasil memaksa Israel untuk menghentikan aktivitas perluasan pemukiman. Anda menarik beberapa prajurit dari Irak, hanya untuk dikirim ke Afghanistan dari satu perang ke perang yang lain, dari satu pertumpahan darah ke peristiwa yang sama. Darah terus tumpah dengan derasnya di Irak dan di Afghanistan, begitu pula di Pakistan, Yaman, Sudan, dan seterusnya. Dunia ini mendidih dengan perang, jadi untuk apa Mr Obama mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian itu? Sungguh sangat ironi!

Ketahuilah Mr. Obama, umat Muslim itu seperti satu tubuh. Jika ada anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang lain turut merasakan sakit. Jika AS masih menjajah Afganistan, mengangkangi Irak, atau terus membiarkan kebengisan Israel terhadap penduduk Palestina maka itu sama saja AS yang Anda pimpin menyakiti umat Islam di seluruh dunia. Meski Anda berwajah manis saat berkunjung ke Universitas Cairo, Mesir, dan bertutur tentang hubungan yang baik, namun itu ibaratnya seperti seorang pembunuh yang menghibur saudara yang terbunuh dengan belaian tangan yang berlumuran darah.

Mr. Obama, Anda memiliki setumpuk kenangan manis saat Anda berada di Menteng, Jakarta. Tentang Sutoro, ayah tiri yang Muslim Jawa, yang membesarkan Anda selama di Indonesia, atau tentang koleksi batik ibu Anda yang beragam, atau sekolah Anda SDN 01 Besuki Menteng, Jakarta Pusat, atau nasi goreng kesukaan Anda yang masih fasih Anda lafalkan penyebutannya saat ketemu dengan Presiden SBY. Tentang semua itu, Anda tidak hanya memiliki kenangan khusus tentang Indonesia namun juga membuat Anda memiliki hubungan emosional dengan negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini. Namun setumpuk kenangan itu tidak akan sanggup menghapus duka nestapa bangsa Indonesia yang muslim terhadap sepak terjang pasukan perang Anda yang menyakiti umat Islam. Begitu juga kunjungan Anda ke Mesir atau negara-negara Muslim lainnya tidak akan sanggup mengobati luka dan derita umat Islam di belahan bumi yang lain. Sebab bangsa Palestina yang teraniaya, bangsa Afghan yang dibombardir, rakyat Irak yang menderita serta seluruh penderitaan dan nestapa bangsa Muslim adalah derita dan nestapa seluru umat Islam seluruh dunia. Jadi kedatangan Anda ke Indonesia ibarat melambaikan tangan kanan persahabatan sambil menyembunyikan tangan kiri yang berlumur darah umat Islam.

Mr. Obama, sesungguhnya ada sesuatu yang lebih penting dari sekedar berkunjung ke Indonesia. Yang lebih urgen dan mendasar saat ini bagi AS dan sekutu-sekutunya adalah memperbaiki cara pandang terhadap ajaran Islam dan kaum Muslimin. Jika Anda memahami dengan baik ajaran Islam, maka anda atau Barat pada umumnya akan bersikap lain, tidak sebagaimana sikap mereka hari ini. Meski mayoritas umat Islam belum mengamalkan Islam dengan baik, namun sikap mereka menghadapi kaum agresor seperti AS dalam bentuk perlawanan adalah cermin dari pemahaman mereka tergadap ajaran islam. Islam mengajarkan pemeluknya agar melawan para agresor. Tidak tinggal diam dan mengatakan jika pipi kirimu ditampar maka serahkan pipimu yang kanan. Tidak ! Sebaliknya Islam juga mengajarkan perdamaian, kasih sayang dan kelembutan, kepada siapa pun tanpa mengenal warna kulit, agama dan keyakinan.

Di dalam Islam, musuh yang menyerah kalah dalam pertempuran tidak boleh dibunuh. Kafir dzimmi berada dalam lindungan negara dan sama sekali tidak boleh dianiaya. Begitu seterusnya, secara prinsip Islam mendorong terciptanya suasana stabil sebab kestabilan adalah syarat utama berputarnya secara normal roda kehidupan. Namun Mr. Obama, kapan ketenangan itu ternodai oleh sekelompok orang yang serakah, apalagi ingin merebut milik sah orang lain maka perlawanan adalah jalan keluar. Makanya jangan heran Tuan Obama, hampir semua negara-negara yang bergolak adalah negara-negara Islam yang dirampas kekayaan alamnya, diserobot hak-hak asasinya serta direngkuh kemerdekaannya. Ini saya kira yang lebih urgen untuk dilakukan, jauh lebih penting dari sekedar berkunjung ke Indonesia, lebih penting dari sekedar bernostalgia, apalagi hanya untuk sekedar mencicipi nasi goreng.
Husain Usamah
(Buletin Al Balagh Edisi 07/Th.I/Rabiul Tsani-19 Maret 2010)

wahdah.or.id

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Sekedar “Pulang Kampung” (Buletin Asy-Syabab Edisi 11)

Pemenang Quiz Buletin Asy-Syabab pada Edisi 11