Al Qur'an Sebagai Referensi, Bilakah?

Bahwa Al Qur'an adalah kebenaran yang datangnya dari Allah, kita semua mengetahuinya. Bahwa konsep-konsep yang memerlukan pemikiran yang lebih lanjut banyak terdapat di dalamnya, kitapun mengakuinya. Bahwa Al Qur'an memuat tantangan kepada manusia untuk mempunyai kekuatan berupa ilmu pengetahuan, bahwa Al Qur'an  diperdengarkan pertama kali dari seorang yang tidak dapat membaca kitapun tahu itu. Dan nampaknya tidak ada seorangpun yang dapat menolak kebenaran aksioma yang dikemukakan Al Qur'an secara ilmiah. Sekali lagi secara ilmiah. 
Penelitian dan dugaan tentang kejadian bumi dan langit yang dilakukan oleh para ilmuwan di bidang ilmu falak, akhirnya membenarkan Surah Al Anbiyaa : 30 " Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya ". Sayapun jadi teringat dengan bahan pelajaran di SD dahulu, satu pokok bahasan materi kelas 5 atau mungkin kelas 6, " Air, bahan hidup yang penting." Pemikiran yang terus berkembang membuat pengertian tentang air dan hidup juga bertambah luas dan mendalam. Bisa jadi air itu adalah air yang setiap hari kita minum, bisa juga yang dimaksud adalah air yang terpancar (mani), sedangkan pengertian hidup, ah rasanya sulit untuk memaknakannya secara nyata. Ternyata konsep itupun termuat dalam Al Qur'an secara jelas, juga dala surah ayat 30 "Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup" . Seandainya kita diberi kemampuan oleh Allah untuk melacak sumber dari materi tersebut, dari mana konsep tersebut dilahirkan rasanya kemungkinan untuk menemukan Al Qur'an sebagai referensinya limit h---0, sementara  Al Qur'an adalah bahan referensi yang telah ada sejak 14 abad sebelumnya. 
Banyak sekali hal-hal ilmiah dapat kita temukan dalam Al Qur'an, yang diterima dan diakui keilmiahannya oleh orang-orang yang berilmu pengetahuan. Seperti yang telah dikemukakan dalan Surah Al Ankabut (29) : 49 " Sebenarnya Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang berilmu, dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang yang dzalim". 
Menjadikan Al Qur'an sebagai referensi dalam penulisan karya-karya ilmiah, rasanya bukan hal yang tidak wajar, dan tidak perlu dianggap suatu keanehan (malah suatu lelucon !). Dan kepada Dosen Pembimbing dan Penguji, Kami menghimbau hal itu. Kami mengetuk pintu hati Bapak-Bapak/ Ibu-Ibu untuk bersama-sama mengkaji Al Qur'an lebih dalam. Al Qur'an akan lebih berbunyi jika disuarakan oleh orang-orang cendikiawan. Kamipun mengajak rekan-rekan mahasiswa untuk dapat membaca dalam arti  yang sangat luas dan mendalam. Membaca lingkungan sekitar kita, apatah lagi membaca diri kita. 
Jangan pernah mengijinkan diri kita untuk dipenuhi oleh kecongkakan ilmiah, padahal jika kita mampu mengajak hati dan pikiran kita untuk menjelajahi alam makrokosmos antara langit dan bumi kita hanyalah sebutir pasir di padang pasir.  


*A.Olle Mashurah

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Sekedar “Pulang Kampung” (Buletin Asy-Syabab Edisi 11)

Pemenang Quiz Buletin Asy-Syabab pada Edisi 11