Kami Tidak Pernah Takut


“Hai orang-orang yang beriman, Bertaqwalah kepada Allah, carilah jalan supaya dekat kepada-Nya. Dan berjihadlah di jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”
(QS. Al Maaidah:35)
Saudaraku, lihatlah sekitar kita, hidup tak lain adalah sebuah pertarungan. Manusia yang berjiwa kardus akan segera tersingkir dari derap perjalanan peradaban ini. Hanya manusia yang tangguh, yang jiwanya telah dicelup mahabbah lillah yang dapat berdiri tegar meraup debu-debu perjuangan. Hanya manusia yang hatinya iman, rohnya membara disulut jihad yang pantas menghadang segala tantangan musuh.
Gantilah kelewangmu dengan  kecerdasan pikiranmu yang paling tajam. Buang dan lepaskan anak-anak panah, ganti dengan dzikirmu yang paling merasuk di hati. Waspada lah jiwa menyimak gerak musuh sekecil apapun langkah mereka.
Sebagaimana kerinduanku kepadamu bahwa ilmu yang kita peroleh ini, bukanlah sebagai pajangan untuk memenuhi perpustakaan, melainkan sebagai penyulut ruhul jihad, menebar iman cinta, menggugah  dunia dengan prestasi menjadikan hidup penuh arti. Apalah artinya hidup tanpa amal, bagaikan gelas tanpa isi. Sebaliknya apalah arti mempunyai gelas, bila diisi dengan racun.
Hadapkan wajah batinmu untuk menghadang segala durjana, walau fitnah mendera, sejuta bibir mencemooh dan segudang peluru maksiat, mendera-dera janganlah surut karena kiprah para mujahid dakwah bukan meminta pujian manusia, tidak juga mencari imbalan duniawi melainkan menggapai cinta ilahi rabbi.
Biarkan siksa, cerca dan penjara membelenggu. Hidup dalam kemiskinan dan diterpa segala fitnah, karena mengambil resiko untuk berdakwah. Tetapi, bagi kita tak ada kata “berhenti”. Tempat perhentian seorang mujahid, hanyalah kematian yang menjadi pintu awal kebahagiaan abadi. Kita takkan bisa menikmati wajah yang maha Indah sebelum kita mati. Karenanya persiapkan diri untuk mati di jalan-Nya.
Gaungkan soneta perjuangan yang akan menebar kasih penyubur hidup alam semesta. Abaikan segala fitnah dan cemooh kaum durjana. Selama dadamu sarat dengan cinta, katakan pada mereka :
“Wahai dunia, robek dan cabiklah dadaku lumat dan sirnakan jasadku tetapi engkau takkan pernah memperoleh imanku. Tebarkan sejuta duri fitnah meski kaki sempat bernanah takkan aku mengaduh perih karena diri terlanjur tumpah menggapai marhamah, Isy Kariman au mut Syahidan, Hidup mulia atau mati syahid! “
Sobatku, lihat dihadapanmu, betapa jelasnya kemunafikan manusia. Nuraninya telah kering dari siraman air surgawi. Jiwanya telah tergadai kepada dunia. Bahkan dengan gagah berani mereka mencampakkan mata hatinya serta menjual martabat dan harga dirinya demi dunia. Dia tenggelam dalam debu dunia yang menderu dan mendera. Mereka mengaku muslim, tetapi jauh dari sikap dan perilaku yang islami.  Mereka mengaku muslim tetapi berbudaya dan berpolitik di atas pondasi dan semangat yang tidak dinaungi bayangan Al Qur’an sama sekali. Bahkan mereka melakukan  “akrobatik intelektual” untuk mencari-cari alasan yang tidak disadarinya justru sedang memperkuat tatanan masyarakat jahiliyah.
“Kuat secara intelektual, tapi bobrok secara moral”. Tapi bagimu wahai para mujahid dakwah, tidak ada kamus untuk menjadi budaknya dunia. Dengan iman dan amal prestasimu, gubahlah dunia agar merangkak menjadi budak di ujung telapak kakimu. Jangan engkau bunuh hati nuranimu hanya karena ingin mendapatkan kedudukan dunia.
Harus ditanamkan satu kesadaran bahwa memperjuangkan kejayaan islam dan umatnya adalah bagian dari darah daging seorang muslim, merupakan bagian dari jati dirinya, karena begitu seorang mengaku muslim, dia adalah pejuang Allah, partisan yang sekujur tubuhnya dari ujung rambut  sampai  kaki, dari relung jiwanya sampai bentuk wadah jasmaninya, dicelup dengan semangat perjuangan : “Be a good  Muslim or Die  as Fighter”
Bila semangat itu terhunjam di hati kita semua, niscaya cita-cita membangun ittihadul ummah “persatuan ummat” sebagai salah satu cara menghadapi kaum dajjalis bukanlah impian. Dan pasti datang malau pelan bahkan merangkak sekalipun
“BERSIAPLAH...!”




                                                                                                                                             Asy Syifa'


Comments

Popular posts from this blog

Tidak Sekedar “Pulang Kampung” (Buletin Asy-Syabab Edisi 11)

Pemenang Quiz Buletin Asy-Syabab pada Edisi 11