Khalifah Umat Islam

Alkisah Kaisar Romawi yang superpower tergugu seakan anak kecil melihat ‘Raksasa Baru’ dari selatan yang demikian cepat melahap daerahnya satu persatu “Pasukan apa ini, disiplin dalam bergerak, Kematian menjadi ambisi pribadi prajuritnya,,, pastilah Raja negeri asal pasukan ini seorang dictator tiran yg sangat ditakuti rakyatnya, apapun kehendaknya menjadi perintah bagi semua rakyatnya” ,

Maka diutuslah seorang intel (mata-mata) untuk langsung menyelidiki sang Raja yg menyeramkan itu. dalam hitungan hari intel itu sudah sampai di Ibukota Madinah, pencariannya akan seorang Raja kejam, besar, bengis dan menakutkan berakhir di sebuah tanah lapang berbatu kerikil,, ….
                                            
Seraya menitikkan airmata kekaguman terpancar kalimat agung yg diabadikan oleh sejarah “Adilta, Fa aminta, wa animta” “engkau telah Adil maka engkau aman dan tertidur pulaslah engkau. pada saat Intel itu melihat Sang Khalifah penguasa Arab, penghancur adidaya Persia, pelumat Roma, pembebas Palestina sedang tertidur nyaman di tengah padang pasir di siang hari setelah sebelumnya lelah membantu penduduk berkebun. Al Faruq sebutannya; mottonya : takkan bisa tenang sebelum semua rakyatnya merasakan tenang, tak mau makan daging dan susu sebelum semua rakyatnya menikmatinya”

Alkisah demonstrasi serempak terjadi, rakyat yang kelaparan selama dua hari menuntut pertanggung jawaban sang Khalifah pewaris Rasulullah terhadap krisis yang menimpa dapat bubar dengan tertib dan rasa puas massal, setelah sang Khalifah bertitah “Pulanglah kalian aku pun sudah 7 hari tidak mendapatkan makanan, Insya Allah aku akan terus berusaha untuk mencari solusi dari krisis ini”. As Shidq gelarnya, ketegaran dan Kemampuan memimpin mengalahkan fisiknya yang kurus dan kecil.

Alkisah, seorang Khalifah pewaris 4 superpower : Kisra, Caesar, Firaun dan Khan, kekuasaannya melintang dari Eropa sampai Asia. keadilan, keamanan dan kesejahteraan rakyatnya menjadi agenda utama. tidak ada pemberontakan anti bani Umayyah, pertentangan antar Madzhab, Syiah dapat akur dengan Khawarij bahkan serigala dan kambing pun bisa bersahabat di padang rumput (qishoshun minal tharikh, Ali At Thonthowi). Hidup bersahaja dengan keluarganya di sebuah rumah yang hanya layak ditempati tukang kayu. Umar bin Abdul Aziz namanya,, pemburu nikmat hobbynya,”Hanyalah surga yang bisa memenuhi hasratnya, bukan dunia”.

Kini…
Sekitar 4 tahun lalu seorang ibu di desa serpong tergopoh-gopoh menawarkan anak balitanya dengan selembar lima ribuan. beberapa waktu lalu ratusan keluarga kec. Tambora diusir paksa tanpa diberi pengganti sepesarpun, sementara banyak pejabat naik haji gratis begerombol, beberapa waktu lalu berton-ton beras dimusnahkan hanya untuk memenuhi ambisi dagang suami sang ratu,
Tadi malam seorang anak kecil tertabrak motor di jembatan layang kebayoran karena sibuk mengamen di bis-bis hanya utk mencari hidup di esok hari, sementara sebuah laporan media menyatakan bahwa trend penjualan mobil built up yang harganya bukan lagi ratusan juta semakin meroket. Kemarin seorang ulama yg ingin menawarkan solusi kepada negeri dihukum dan dicela, sementara terhukum yg sudah tidak pantas disebut rakyat apalagi wakilnya masih menghirup udara bebas nan mewah..

         Tiliklah lebih dalam lagi … bukan lagi tangis yang ada pada mereka yang dhoif namun teriakan yang berubah menjadi dendam yang disimbolkan menjadi anekdot pada sebuah majalah yg menggambarkan seorang pencuri ayam yg babak belur berwasiat kepada anaknya”Nak ,, belajar yang rajin, Jadi sarjana yang pinter,, Masuk organisasi yang hebat, Jadilah tokoh masyarakat lalu Korupsi yang banyak supaya kaya dan kebal hukum.

Wahai para penggerak kebenaran, prajurit keadilan, para perindu syurga, para pekerja amal tiada henti, para penikmat lelah di jalan Allah ,sudah semestinya segala peluh dan darah yg tertumpah pada jalan yang kita pilih dengan sadar dan rindu, bermuara pada sebuah telaga besar yang dapat memuaskan dahaga ummat akan keadilan, menjadi tinta bagi pemandangan indah bagi kaum yang tertindas, terampas haknya, terinjak harga dirinya sehingga terbentuk sebuah panorama Islam yang nyata menjadi rahmat yang terpancar di seluruh negeri ini.

Ketajaman tinta dan lisan kita haruslah setajam pandangan Abu Bakar sehingga menjadi sembilu yg mengoyak hati para durjana, pejabat dusta pendzalim negeri, mengalirkan darah nurani yg masih tersisa.
Menjadi selembut As Shidiq dan menghidupkan kembali hati dhuafa dengan belaian kasih dan cinta yg mendalam.

Kepalan tangan dan derap langkah jadilah sekeras Umar bin Khottob menjadi jeruji yg kuat untuk menghentikan ambisi para perampok, pemerkosa negeri.
menjadi tameng pelindung para anak negeri dari tiran dan kedzaliman sampai mereka dapat tenang di malam hari.
Khusyunya Ibadah, semilir tilawah dan bait doa semestinyalah menjadi badai halilintar yang menakutkan para penjahat moral, penjual maksiat, perendah harga manusia jahili.

Menjadi kobaran api yang dapat membakar bongkahan buruk ummat ini menjadi “emas” perubah di negeri yg semakin tidak berharga..
Puncaknya, segala terbaik dari Allah yg diwaqafkan kelak kan menjelma sebagai Jembatan Kokoh antara Kisah mimpi nan nyata Khulafaur Rasyidin dengan Realita yg ada di depan dan di hadapan .....

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Sekedar “Pulang Kampung” (Buletin Asy-Syabab Edisi 11)

Pemenang Quiz Buletin Asy-Syabab pada Edisi 11