Abu Bakar Ash Shiddiq

                                                    "PENGHULU PARA SAHABAT"
Shalat subuh hari itu tak seperti biasanya. Rasulullah yang biasa memimpin sholat subuh berjamaah tidak bisa hadir dikarenakan sakit. Mata teduh Rasulullah yang setiap kali menyapa wajah sahabat sebelum shalat, pagi itu tidak ada. Abu Bakar yang menjadi orang kedua setelah Rasulullah, telah bersiap-siap untuk menjadi imam pengganti dengan segala keberatan hati. Namun ketika hendak melakukan sholat, terlihat Rasulullah menyibak tirai kamar Aisyah. Sebagian sahabat mengira bahwa Rasulullah akan memimpin shalat seperti biasa. Abu Bakar pun mundur dan masuk ke dalam shaf makmum. Tapi dugaan mereka salah, dari dalam kamar Rasulullah melambaikan tangan, memberi isyarat agar shalat diteruskan dan Abu Bakar menjadi pemimpinnya. Rasulullah menutup kembali tirai jendela dengan gerakan sangat lemah.

Seluruh jamaah seperti tercekam hati dan perasaannya, mereka bertanya-tanya dalam hati, apakah sudah tiba waktunya Rasulullah meninggalkan kita semua. Ketika hari beranjak siang, sakit Rasulullah pun bertambah berat. Disisinya, Fatimah menemani sampai detik-detik terakhir. Rasulullah sempat membisikkan kata-kata kepada Fatimah, “Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini”. Kemudian pupuslah bunga hidup manusia mulia itu. Dan kabar sedih itu pun cepat sekali menyebar.

Pada suatu tempat, di sebuah dataran tinggi, tampak debu mengepul dengan dahsatnya. Terlihat seekor kuda sedang dipacu Abu Bakar dengan kencangnya. Ia berhenti di depan masjid dan melompat turun masuk kedalam masjid dan langsung menemui Aisyah. Dan kemudian melihat tubuh yang terbujur kaku dipembaringan dengan kain penutup warna hitam. Sebentar dibukanya kain penutup itu, dan dipeluknya jasad Rasulullah. Dan tangisnya pun meledak.

Kemudian Abu Bakar keluar dari rumah dan mendapati Umar berdiri menancapkan pedangnya dan berkata, “siapa saja yang berkata Rasulullah meningal, akan saya potong kaki dan tangannya. Kematian Rasulullah belum bisa diterimanya. Setelah beberapa kali menarik nafas panjang, Abu Bakar tampak bersiap-siap berkata, “ Barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi jika kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tak pernah meninggal.”

Abu Bakar berhenti sejenak,kemudian melanjutkan lagi. Kini Ia melantunkan ayat…

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن
يَنقَلِبْ عَلَىَ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللّهَ شَيْئاً وَسَيَجْزِي اللّهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul pakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [3:144]

Semua orang termenung, menundukkan kepala dalam-dalam. Ayat yang dibacakan Abu Bakar telah manyadarkan mereka. Seakan-akan ayat ini tak pernah turun sebelum dibacakan Abu Bakar. Umar terjatuh, kedua kakinya seakan tak sanggup menyangga berat badanya. Lututnya tertekuk, tangannya menggapai pasir.

Di kemudian hari, Umar berkata, “Demi Allah, setelah mendengar Abu Bakar membaca ayat tersebut, saya seperti limbung, hingga saya tak kuasa menahan kedua kaki saya dan saya pun tertunduk ke tanah saat mendengarnya. Kini saya sudah tahu bahwa Rasulullah telah meningal dunia.”

Demikianlah Abu Bakar, disaat banyak orang lemah ia berusaha untuk tetap tegar. Ia seperti sebuah oase bagi musafir ditengah sahara. Ia seperti embun pagi yang menyejukkan saat dada dan kepala sedang terbakar. Abu Bakar adalah telaga kebijakan.

Abu Bakar termasuk pelopor muslim pertama. Ia adalah orang yang mempercayai Rasulullah disaat banyak orang menganggap beliau gila. Abu Bakar termasuk orang yang siap mengorbankan nyawanya untuk membela Rasulullah, disaat banyak orang hendak membunuh Rasulullah. Nama awal Abu Bakar sebenarnya Abdullah bin Abu Quhafah. Dalam literature lain disebutkan bahwa nama Abu Quhafah bukan nama sebenarnya. Utsman bin Amir adalah nama lain Abu Quhafah..

Sebelum islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki, namun meninggal. Sampai kemudian hari ia bernadzar bahwa ia akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi pada Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar kecil.

Setelah Abu Bakar lahir dan besar, ia diberi nama Atiq. Nama ini diambil dari nama lain ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk islam , Rasulullah memanggilnya dengan nama Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam islam. Dan Bakar berarti dini atau awal.

Kelak sepeninggal Rasulullah, kaum muslimin mengangkatnya sebagai khalifah pengganti Rasulullah. Tidak mengherankan, karena sebelum Rasulullah meninggal dunia pun , Abu Bakar telah menjadi orang kedua setelah Rasulullah. Rasulullah secara tak langsung memilih Abu Bakar menjadi orang kedua beliau.

Suatu hari Rasulullah pernah mengabarkan tentang keutamaan sahabat sekaligus mertua beliau ini, “Tak seorangpun yang pernah saya ajak masuk islam , yang tidak tersendat-sendat dengan begitu ragu dan berhati-hati, kecuali Abu Bakar. Ia tidak ragu-ragu ketika saya sampaikan ajaran islam,” Sabda Rasulullah.

Hal ini juga yang akhirnya beliau memberikan julukan As-Sidiq dibelakang nama Abu Bakar yang berarti selalu membenarkan, tanpa sedikit keraguan. Ketika peristiwa Isra’ Mi’raj, Abu Bakar adalah orang yang pertama yang percaya saat Rasulullah menyampaikan hal itu tanpa sedikit keraguan.

Abu Bakar hanya sebentar memegang kendali pemerintahan islam setelah Rasulullah. Ia wafat dalam keadaan sakit. Pada detik-detik akhir hidupnya, Abu Bakar menuliskan sebuah wasiat untuk semua yang ditinggalkan. Demikian isinya :

Bismillahirrahmanirrahim. Inilah pesan Abu Bakar bin Abu Quhafah pada akhir hayatnya dengan keluarnya dari dunia ini, untuk memasuki akhirat dan tinggal disana. Ditempat ini orang kafir akan percaya, orang yang berdusta akan membenarkan. Saya menunjuk pengganti saya yang akan memimpin kalian adalah Umar bin Khaththab. Patuhi dan taati dia. Saya tidak akan mengabaikan segala yang baik sebagai kewajibanku kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada agama, kepada diriku dan kepada kamu sekalian. Kalau dia berlaku adil, itulah harapanku, dan itu juga yang ku ketahui tentang dia. Tetapi kalau dia berubah, maka setiap orang akan memetik hasil dari perbuatannya sendiri. Yang saya kehendaki adalah yang terbaik dan saya tidak mengetahui segala yang ghaib. Orang yang dzalim akan mengetahui perubahan yang mereka alami. Wassalamu Alaikum wa Rahmatullahi Wa Barakatuh. “semoga Allah merahmati dan menempatkan pada sisi yang terbaik. Amiin.

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Sekedar “Pulang Kampung” (Buletin Asy-Syabab Edisi 11)

Pemenang Quiz Buletin Asy-Syabab pada Edisi 11