ISTIRAHAT ITU BUKAN DI SINI

Pada mulanya istirahat itu berfungsi sebagai sarana relaksasi tubuh dari kelelahan. istirahat dalam berbagai jenisnya juga merupakan obat jenuh dari berbagai rutinitas yang membosankan. istirahat itu memang kebutuhan jiwa yang letih, tapi dalam perjalanannya jiwa itu selalu ingin istirahat meski ia telah merasakannya. tabiat jiwa yang selalu ingin santai tetapi sering menjadi alat iblis untuk menghambat anak Adam meraih kemuliaan.

Olehnya itu, wahai jiwa, jangan terlalu sedih jika kau terbebani dengan banyak kesibukan dan tugas menghimpit. keluhmu kepadaku bahwa kau ingin lepas dari semua beban ini dan mengambil emacam "cuti" seperti kebiasaan banyak orang. Tapi nasihatku, jangan kau dengar itu, abaikan dan hempaskan semua itu. semua itu akan menjadikanmu terseok-seok bahkan terhenti. Jika kau ingin tempat berteduh sementara, maka itu ada di halaqah-halaqah ilmu. Jika kau ingin sekedar jeda, maka itu ada di munajat sepertiga akhir malam. manfaatkan itu, sebab keduanya ibarat oase bagi musafir yang kelelahan. Kau memang butuh istirahat, tapi nanti, sebab bukan di sini tempatnya. kau memang perlu sedikit santai, tapi nanti, sebab belum saatnya.
Wahai jiwa, nikmat yang akan kau rasakan di kemudian hari sangat tergantung dari kadar kelelahan yang kau rasakan saat ini. Kadar kesabaranmu menanggung kepayahan hari ini akan berpengaruh pada kualitas nikmat yang akan kau rasakan kemudian hari. Sebab itu, ada hukum keabadian, bahwa setiap jiwa itu mulia, maka ia pasti memiliki Himmah yang melangit. Dan setiap himmah melangit pasti kelelahan demi kelelahan menghadang. Saat ini juga kata istirahat adalah pantangan. Bersantai menjadi aib, bahkan sekedar menyunggingkan senyum  pun menjadi sunnah yang tertunda. Seperti yang pernah dialami Abul "Iz bin Abdussalam saat ditanya oleh muridnya :
"Bukankah senyum itu adalah sunnah Rasulullah?. "Betul!" jawab Imam. "Tapi mengapa Anda tidak pernah senyum walau sekali?". Lalu sang imam yang bergelar sultannya ulama itu berkata"Bagaimana aku bisa senyum kalau Palestina masih dalam cengkraman orang-orang salib".
Wahai jiwa, inilah contoh pemilik himmah yang istirahatnya ter-cancel. Sampai-sampai senyum pun harus ditunda karena obsesi mengnyahkan tentara salib dari negeri Palestina belum terwujud. Bagaimana dengan Engkau wahai Jiwa?

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Sekedar “Pulang Kampung” (Buletin Asy-Syabab Edisi 11)

Pemenang Quiz Buletin Asy-Syabab pada Edisi 11